PERHATIAN: Semua tulisan di laman / blog ini adalah hasil mengambil (copy) dari sumber-sumber yang layak dipertanggung jawabkan, baik media online maupun cetak, dengan harapan bisa digunakan untuk referensi dan tambahan ilmu yang bermanfaat. Terima kasih & harap maklum.

Minggu, 06 Maret 2011

Bunga Suweg Raksasa: Ukuran Umbinya Mencapai 100 Kg

(Amorphophallus titanum Becc.)
Nama lain: Bunga Bangkai Raksasa, Kubut, Kehubut
Suku: Araceae

Latar Belakang
Bunga Suweg Raksasa masih berkerabat dekat dengan Suweg yang kita kenal. Jenis ini sangat istimewa karena ukuran umbinya yang besar beratnya mencapai 100 kg dan perbungaannya dalam dunia botani dikenal sebagai perbungaan yang terbesar di dunia. Perbungaannya pada saat mekar mengeluarkan bau busuk seperti bangkai binatang, karena itu Suweg ini dikenal pula dengan "Bunga Bangkai Raksasa".

Jenis ini umumnya tumbuh di kawasan Bukit Barisan Sumatera namun di Daerah Bengkulu populasi Suweg Raksasa ini masih cukup tinggi dibandingkan dengan tempat lain. Di tempat lain populasinya sudah menurun akibat habitatnya sudah berubah status men jadi lahan untuk perumahan, pertanian dan perkebunan. Selain itu mengingat jenis ini belum diketahui manfaatnya dan keberadaannya cukup mengganggu akibat bau busuk menyengat pada saat berbunga, penduduk cenderung untuk memotong baik bagian daunnya maupun bunganya dengan parang. Dengan demikian populasi tumbuhan dewa sa semakin terancam jumlahnya.

Pada saat ini terjadi proses pembe saran umbi karena penambahan tepung sebagai hasil fotosintesa disim pan sebagai cadangan makanan. Tahap berikutnya adalah "tidur" atau dorman, pada saat ini tidak ada akti fitas pertumbuhan umbi. Selanjut nya diikuti dengan tahap pertum buhan generatif, yaitu dari umbi muncul perbungaannya. Pada saat tersebut umbinya menjadi kecil ka rena tepungnya telah'dipakai untuk pembentukan bunga, buah dan biji. Dari biji, proses perkembangbiakkan secara alami terjadi. Proses tersebut masing-masing berselang selama satu tahun, sehingga satu siklus per tumbuhan dari bunga sampai biji yang tumbuh membutuhkan waktu kira-kira 3 tahun.

Keunikan lainnya, adalah jenis ini hanya terdapat di Indonesia. Besarnya umbi memang merupakan hal yang sangat menarik perhatian, sehingga banyak peneliti yang sedang mengungkapkan potensi umbi tersebut untuk kesejahteraan manusia.

Pertelaan
Bunga Bangkai Raksasa termasuk di dalam suku talas-talasan (Araceae), tumbuh secara liar dan jarang hidup merumpun. Dari satu umbi biasanya muncul satu tunas saja. Umbi yang sudah dewasa garis tengah dapat mencapai 80 cm. Daunnya disebut daun majemuk yang tangkai daunnya disebut sebagai batang semu serta mencapai tinggi 3 m dengan garis tengah 30 cm.

Perbungaannya berbentuk tongkol dengan bunga jantan dan bentinanya menempel pada tongkolnya. Bunga jantan terletak pada bagian atas tongkol, sedangkan bunga betinanya terdapat pada bagian pangkal tongkol. Bunga betina masak lebih dahulu dari bunga jantan, sehingga jenis ini memerlukan bunga jantan yang berasal dari perbungaan yang lain. Bau busuk inilah yang mengundang serangga (lalat) untuk datang dengan harapan membawa serbuk sari dari perbungaan yang lain. Perbungaan ini tingginya bisa mencapai 2 m dengan lebar mahkota bunga/spadik 1,5 m serta warnanya bervariasi dari merah lembayung sampai kehijauan.

Hal yang unik serta menjadi dasar perlunya jenis ini dilindungi dari kepunahan adalah siklus pertumbuhannya. Dalam pertumbuhannya sampai dewasa ada 3 tahap, pertumbuhan vegetatif merupakan tahap dimana umbi tersebut menghasilkan daun saja.

Ekologi
Jenis ini di alam menyukai tanah alluvial yang subur, gembur, kaya akan humus dengan pH 6-7. Tumbuh pada lahan-lahan yang miring seperti di tepi sungai.

Musim Berbunga
Bunga Suweg Raksasa umumnya menghasilkan bunga pada saat awal musim hujan yaitu pada bulan-bulan Desember sampai Februari. Adakalanya berbunga pada bulan Maret dan April. Buahnya akas segera membesar dan akan masak setelah 4 – 5 minggu kemudian. Buah berwarna hijau akan berubah menjadi merah pada saat masak.

Di dalam buah terdapat biji yang besarnya seperti biji bayam, warna putih kecoklatan. Dari biji inilah maka perkembangbiakan secara alami terjadi, sehingga di sekitar tumbuhan yang dewasa dan telah berbunga sering ditemukan semai-semainya.
***
Sumber: Balai Kliring Keanekaragaman Hayati Nasional, KLH RI (http://bk.menlh.go.id)


2 komentar: