PERHATIAN: Semua tulisan di laman / blog ini adalah hasil mengambil (copy) dari sumber-sumber yang layak dipertanggung jawabkan, baik media online maupun cetak, dengan harapan bisa digunakan untuk referensi dan tambahan ilmu yang bermanfaat. Terima kasih & harap maklum.

Rabu, 06 Januari 2010

Andalas

(Morus macroura Miq.)
Nama lain: Hole Tanduk, Andaleh, Kertau
Suku: Moraeeae

Latar Belakang
Pohon Andalas tergolong jenis kayu yang besar, umumnya dikenal oleh masyarakat Minang sebagai kayu yang bagus. Pemanfaatan kayu Andalas dalam pembangunan rumah adat di Daerah Minangkabau memang sudah menjadi tradisi sejak lama. Kayu tersebut dipakai dalam pembuatan rumah, baik sebagai tiang-tiang utama, balok-balok untuk landasan lantai rumah, papan lantai dan dinding rumah. Sering pula kayunya dipakai sebagai bahan perabot rumah tangga. Buah pohon ini dapat dimakan.

Di Indonesia jenis ini hanya ditemukan di Sumatera dan Jawa Barat. Di Jawa Barat, sudah sulit ditemukan jenis ini meskipun di hutan-hutan, sedangkan di Sumatera masih dapat ditemukan di daerah Padang bagian Selatan. Untuk menemukan jenis ini di hutan memerlukan perjalanan berhari-hari menuju lokasinya. 

Hal ini menunjukkan bahwa jenis ini memang sudah tergolong dalam pohon/tumbuhan langka. Mengingat manfaatnya yang cukup besar dalam tradisi adat Minang, maka kayu jenis ini banyak dicari sehingga harganya cukup mahal. Karena itulah pemilihan jenis ini menjadi maskot tumbuhan Propinsi Sumatera Barat cukup tepat. 

Dengan demikian tradisi adat Minang dapat terus dilaksanakan dengan merangsang masyarakat memperbanyak, memelihara, membudidayakan dan memanfaatkannya secara lestari.

Pertelaan
Pohon Andalas tergolong kayu berkualitas tinggi. Pohonnya bisa mencapai tinggi 40 m dengan garis tengah 1 m. Batang bebas cabangnya bisa mencapai lebih dari 15 m sehingga untuk bahan balok cukup baik. Bentuk daun mirip daun murbai yang memang kerabat dekatnya, seperti jantung namun permukaan daunnya sedikit kasar karena ada bulu bulunya. 

Tangkai daun maupun cabangnya juga berbulu, bulu-bulu tersebut bisa menyebabkan gatal-gatal pada kulit yang peka. Buahnya menggerombol berwarna merah bila masak, berair dan terasa asam-manis mirip buah murbai.

Ekologi
Pohon Andalas tergolong jenis yang tumbuh didataran tinggi. Tumbuhnya di hutan-hutan campuran yang cukup hujan dataran tinggi pada 900 - 1600 m dpl. Menyukai tanah-tanah yang subur, abu vulkanis, cukup humus dan gembur.

Musim Berbunga / Berbuah
Jenis ini tergolong cukup rajin menghasilkan bunga dan buah. Dari akhir buah yang masak sampai muncul perbungaannya membutuhkan waktu sekitar 6 bulan. Jadi jenis ini secara individu dalam satu tahun dapat berbuah 2 kali. Namun buah yang terbanyak biasanya didapatkan pada bulan Juli hingga Desember.
***
Sumber: Balai Kliring Keanekaragaman Hayati Nasional, KLH RI (http://bk.menlh.go.id)


Selasa, 05 Januari 2010

Beo Nias

(Gracula religiosa robusta Salvadori)
Nama lain: Ciong, tiong
Suku: Sturnidae

Latar Belakang
Banyak orang sudah mengenal burung Beo, karena burung ini mampu menirukan suara yang didengarnya. Gracula religiosa robusta adalah salah satu anak jenis burung Beo. Pilihan Beo Nias ini menjadi identitas Sumatera Utara memang tepat, karena burung ini hanya terdapat di bagian daerah propinsi ini, yaitu pulau Nias. Burung beo nias dilindungi berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 421/Kpts/Um/8/1970.

Pertelaan
Ukuran burung beo nias agak lebih besar dari pada beo biasa dan tubuhnya tampak lebih kekar. Walaupun demikian, orang awam yang tidak melihat beo nias bersama beo biasa, tidak dapat membayangkan bedanya. Secara umum burung beo berwarna hitam pekat, bulunya mengkilap. Di daerah telinganya terdapat cuping bundar berwarna kuning cerah, dan paruhnya pun kuning. Pada beo nias, cuping di belakang telinga lebih besar daripada beo biasa. Di bawah paruh terdapat sepasang gelambir yang juga berwarna kuning. Kakinya kuning, di ujung sayapnya terdapat warna putih.

Habitat & Penyebaran
Burung ini adalah penghuni hutan dan tinggal pada tajuk pohon yang tinggi. Di alam bebas, burung beo ini hidup berpasangan, kadang-kadang dalam kelompok habitatnya hutan-hutan rimba yang berdekatan dengan perkampungan atau tempat yang terbuka. Penyebaran burung beo adalah India, Cina, Asia Tenggara, Palawan, Kalimantan, Sumatera, Jawa dan Bali. Sedangkan penyebaran beo nias adalah di Pulau Nias dan Pulau Babi (Sumatera).

Makanan
Makanan burung beo adalah buah-buahan, biji dan serangga.

Perkembangbiakan
Musim bertelur antara bulan Desember sampai Mei. Jika burung ini akan ber telur, biasanya mencari pohon-pohon tua atau pohon-pohon yang sudah lapuk, yang batangnya tegak dan tinggi, dan ada juga yang di pohon enau atau aren. Bahan sarang terdiri dari ranting, serat pohon dan daun-daunan. Induk burung beo mengerami telurnya yang berjumlah 2 - 3 butir selama kurang lebih 3 minggu. Warna telur : biru muda dengan bercak-bercak wama coklat dan ungu muda. Ukuran telur rata-rata 37 - 26 mm.
***
Sumber: Balai Kliring Keanekaragaman Hayati Nasional, KLH RI (http://bk.menlh.go.id)

Senin, 04 Januari 2010

Kenanga

(Cananga odorata (Lmk.) Hook. F. & Thoms)
Nama lain: Selanga, Kananga Wangi, Sandal
Suku: Annonaceae

Latar Belakang
Kenanga merupakan salah satu bunga yang erat kaitanya dengan tradisi serta dipergunakan sebagai salah satu penyusun bunga tabur pada saat pemakaman ataupun ziarah ke kuburan para leluhur /nenek moyang. Dalam tradisi ini bunga kenanga mempunyai makna sakral yang mengharapkan agar doa para peziarah ke leluhurnya dapat dikabulkan. 

Sehubungan dengan itu, Pemerintah Daerah Sumatera Utara menetapkan Kenanga untuk Identitas Flora di daerahnya. Selain bunganya yang menghasilkan minyak kenanga dan dikenal sebagai minyak 'Ylang-ylang' untuk industri kosmetik, manfaat lain untuk aroma terapi yang efektif untuk melenyapkan bau badan yang sangat mengganggu.

Pertelaan
Kenanga ada dua macam : (1) Berbentuk pohon dengan tinggi 10 - 40 m. Bunga menggantung dalam rangkaian 1 - 3 buah. Mcnghasilkan bunga yang bermahkota lebar dan berbau wangi, akan tetapi bunganya mudah gugur. (2) Berbentuk perdu dengan tinggi 2 - 3 m, yaitu var. fruticosa (Craib) Sincl. Berbunga sepanjang tahun. Bunga kurang menarik tetapi mahkotanya tidak mudah gugur. Tidak pernah membentuk buah.

Ekologi
Tanaman Kenanga tersebar dari Burma sampai Australia bagian Utara. Kenanga dapat tumbuh baik di dataran rendah sampai 1200 m dpl., menghendaki iklim panas dengan curah hujan antara 300 - 500 mm sinar matahari yang cukup dengan suhu 25 - 30 °C.

Musim Berbunga
Tanaman Kenanga berbunga sepanjang tahun dan dapat dipanen setelah berumur 1,5 - 2 tahun.
***
Sumber: Balai Kliring Keanekaragaman Hayati Nasional, KLH RI (http://bk.menlh.go.id)


Minggu, 03 Januari 2010

Cempala Kuneng

(Copsychus pyrropygus (Lesson)
Nama lain: -
Suku: Turdidac

Latar Belakang
Burung Cempala Kuneng merupakan salah satu dari burung kebanggaan rakyat Aceh, hal ini terbukti pada Kerajaan Sultan Iskandarmuda sudah dikenal dan disebut-sebut dalam hikayat Aceh mengenai keberadaan Cempala Kuneng ini. Oleh karena ketenarannya maka burung ini juga diambil dan dijadikan Fauna Identitas Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Pertelaan
Burung yang indah ini mudah dikenal karena kekerabatannya dengan murai batu. Keindahan burung ini diperlihatkan oleh warnanya yang coklat keabuan tua mengkilap dengan alis putih di atas mata, serta paruh hitam ramping tajam. Sebagian dada dan perut sampai pangkal ekor berwarna kemerahan. Begitu pula bagian belakang punggung. Ekor berwarna hitam dengan pinggir putih.

Habitat & Penyebaran
Cempala kuneng menghuni hutan di daerah pamah sampai ketinggian 900 meter di atas permukaan laut. Burung ini tidak hanya terdapat di Aceh, tetapi juga dapat dijumpai di Sumatera umumnya, Kalimantan dan Semenanjung Malaya.

Makanan
Seperti kerabatnya, burung ini makan biji-bijian.

Perkembangbiakan
Perkembangbiakkannya belum banyak diketahui. Pada bulan Februari dan April didapatkan anakan dari burung ini.
***
Sumber: Balai Kliring Keanekaragaman Hayati Nasional, KLH RI (http://bk.menlh.go.id)


Sabtu, 02 Januari 2010

Bunga Jeumpa

(Michelia champaca L.)
Nama lain: Cempaka Kuning, Campaka Koneng
Suku: Mugnoltuceae

Latar Belakang
Bunga Jeumpa atau Bunga Cempaka akrab dengan Judul Lagu daerah di Aceh. Selain Judul Lagu, Novel Sastrawan Aceh sebelum kemerdekaan berjudul Jeumpa Aceh. Keduanya menunjukkan bagaimana masyarakat Aceh mengikatkan diri pada Jeumpa. Maka sehubungan dengan itu Pemerintah Daerah Istimewa Aceh berketetapan hati untuk menaruhkan nama pada bunga ini sebagai Flora Identitas. Selain bunganya, kayu pohon cempaka dapat digunakan sebagai bahan bangunan, papan, mebel, panel. Daunnya menghasilkan minyak yang biasa diekspor.

Pertelaan
Jeumpa atau Michelia champaka berasal dari India. Pohon berukuran sedang dengan tinggi sampai 25 m dan diameter batangnya sampai 50 cm. Batang lurus, bulat, kulit batangnya halus, berwarna coklat ke abu-abuan. Tajuknya agak jarang, dan agak melebar, dengan percabangannya yang tidak teratur. Daunnya tunggal, berseling, berbentuk lanset yang agak melebar, berukuran sedang, dan berbulu halus pada permukaan bawahnya. Bunga berwarna kuning tua, harum, berukuran agak besar dan tersusun dalam untaian yang tumbuh pada ketiak daun.

Ekologi
Bunga Jeumpa tumbuh baik sampai pada ketinggian 1200 m dpl.

Musim Berbunga
Bunga Jeumpa berbunga sepanjang tahun.
***
Sumber: Balai Kliring Keanekaragaman Hayati Nasional, KLH RI (http://bk.menlh.go.id)


Jumat, 01 Januari 2010

Dadap Merah: Alternatif Obat Antimalaria

Deskripsi:
Dadap merah (Erythrina crista galli) berfungsi sebagai tanaman peneduh. Tumbuhan ini biasanya dapat menarik perhatian dan burung-burung untuk hinggap. Sebabnya karena bunga Dadap Merah yang berwarna merah nampak indah.

Bagi kesehatan, Dadap Merah juga berfungsi sebagai obat. Penemuan terbaru membuktikan bahwa daun Dadap Merah dapat menjadi obat antimalaria.

Kandungan:
- senyawa alkaloid kuinin.

Khasiat:
Dadap merah dapat dijadikan obat antimalaria.
***
Sumber: disarikan dari berbagai sumber.